Minggu, 05 Desember 2021

Refleksi tentang Aksiologi

 Oleh Ardiana Purnamasari

Pada kuliah pagi hari ini Profesor membahas  tentang ranah aksiologi. Menurut beliau aksiologi adalah asas manfaat, etik , dan estetika. Beliau menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh romantika, penuh dinamika dan mempunyai pengalaman ekstrem yaitu  penderitaan luar biasa sejak jaman kerajaan. Sejarah merekam peperangan antar kerajaan dan perebutan kekuasaan yang penderitaanya dialami rakyat, setelah itu rakyat masih mengalami perdihnya penjajajahan. Penjajahan memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi rakyat Indonesia. selama 76 tahun Indonesia merdeka bukan berarti sudah terbebas dari penderitaan, akan tetapi kita masih harus memeilih beberapa hal yang masih bisa diselamatkan dari sisa penjajahan 370 tahunpenjajahan. Proses Indonesia meraih kemerdekaan melewai beberapa rintangan.

Di situasi Negara yang telah merdeka banyak kelompok- kelompok yang ingin menggoyahkan dasar Negara Indonesia membuat hati kita miris. Paham-paham yang menggoyahkan dasar Negara justru datang dari luar, mempengaruhi beberapa elemen masyarakat dan akhirya masuk ke jiwa rakyat Indonesia. Contoh-contoh sederhana yang bisa kita yaitu pendapat tentang sungkem kepada yang lebih tua dianggap haram, ziarah ke makam dinggap haram, kenduri yang menjadi budaya rakyat indonesiapun dianggap tidak sesuai syariat. Contoh-contoh semacam itu adalah aksiologi di dalam filsafat. Bagaimana agar hal semacam ini tidak terjadi? Menurut professor setiap warga Negara harus berpolitik, akan tetapi politiknya adalah politik murni. Politik yang dilakukan pun harus mempunyai batasan, yaitu jangan sampai merubah dasar Negara. Seseorang yang ingin merubah dasar Negara aka disebut sebagai pemberontak. Selain orang-orang yang berusaha memberontak, orang-orang yang hanya diam saja ketika mengetahui hal yang mengancam dasar Negara ini juga sama berbahayanya dengan pemberontak itu sendiri. 

Salah satu momentum yang luar biasa di Indonesia adalah momentum pemilihan presiden, karena hal tersebut mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan hingga saat ini masih ada sisa – sisa kebencian antara masing – masing pendukung paslon (pasangan calon). Jika kita lihat demokrasi di lur negeri hal yang terjadi di Indonesia tidak akan terjadi. Pilpres seharusnya adalah berlomba-lomba dalam program. Didalam filsafat hal semacam ini juga masuk sebagai ranah aksiologi. Dalam filsafat setiap warga Negara harus menganut politik  murni yaitu setiap warga Negara wajib bela Negara. Hal-hal yang dijelaskan tadi membuktikan bahwa musuh Negara bisa datang dari luar dan juga dari dalam. 

Salah satu fungsi filsafat adalah mencerdaskan, mencerdaskan dalam arti memperluas perspektif supaya melihat sesuatu dengan fikiran yang jernih. Saat ini sebenarnya di Indonesia masih ada penjajah. Penjajah yang ada sekarang adalah penjajah yang menjajah bangsa sendiri. Penjajah yang lahirnya dari rakyat Indonesia sendiri. Kondisi keterjajahan ini masih darurat sampai saat ini. Hal ini menjadi PR bagi generasi saat ini agar hal-hal tersebut dapat dihilangkan. 

Pada kesempatan kali ini profesor menceritakan pengalamannya saat di Amerika yang menunjukan pendidikan di Amerika berbeda dengan pendidikan yang ada di Indonesia.Di Amerika guru berperan melayani siswa dengan berbagai kemampuan siswa itu sendiri. Ini berbeda dengan pembelajaran di Indonesia. Perbedaan yang paling terlihat adalah seringnya penggunaan eksternal tes di sekolah-sekolah di Indonesia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar