Minggu, 28 November 2021

Pengalaman menurut filsafat Kant

 Ardiana Purnamasari


Pengalaman menurut Kant

Menurut Kant Prinsip dari pengalaman adalah: “Experience is possible only through the

representation of a necessary connection of perceptions”. Sangat susah memaknai kalimat tersebut, menurut bahasa persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Jadi pengalaman hanya dapat diperoleh setelah mealui sebuah persepsi. Persepsi adalah kesadaran empiris, yaitu kesadaran yang di dalamnya ada sensasi waktu yang sama. Penampilan, sebagai objek persepsi, bukanlah intuisi murni seperti ruang dan waktu (karena ini tidak dapat dirasakan dengan sendirinya). Kesadaran itu juga mengandung beberapa material intuisi di beberapa objek. Sensasi sebenarnya hanya sebagai representasi subjektif yang dengannya seseorang hanya dapat menyadari bahwa subjek terpengaruh, dan berhubungan dengan objek secara  umum. Perubahan dari kesadaran empiris ke kesadaran murni sekarang mungkin secara bertahap

Tiga mode waktu  persistence, succession, dan  simultaneity, menjadi tiga aturan penampilan menurut eksistensi. Dengan eksistensi masing-masing dapat ditentukan  pandangan kesatuan waktu, mendahului pengalaman dan membuatnya mungkin di awal.Prinsip umum dari ketiga analogi ada pada keperluan kesatuan apersepsii dengan pandangan untuk semua kepentingan empiris dari persepsi pada setiap waktu. konsekuensinya sejak itu apriori  yang ada pada kesatuan sintetik dari semua penampilan berdasarkan hubungan waktu. untuk kemurnian apersepsi dihubungkan ke “inner sense” (jumlah semua representasi) dan didalamnya terkait apriori untuk membentuk hubungan dari jenis kesadaran empiris dalam waktu. sekarang keaslian apersepsi dari semua jenis ini, sejauh relasi semetara dikhawatirkan, ini menjadi kesatuan. Untuk ini apa itu kesatuan transcendental , di bawah dengan semuanya mendirikan kognisi kant, dan dengan demikian bisa menjadi objek untuknya menegaskan apriori. Kesatuan sintetik ini pada hubungan sementara dari persepsi, yang ditentukan apriori, adalah hukum, semua penanda waktu empiris harus berdiri dibawah aturan penanda waktu umum dan analogi dari pengalaman harus menjadi aturan pilihan.  Prinsip-prinsip ini mempunyai keanehan yang mereka tidak perhatikan penampilannya dan sintetis dari intuisi empiris, tetapi hanya keberadaan mereka dan relasi mereka ke satu sama lain dengan pandangan untuk keberadaan mereka. Sekarang jalan dimana beberapa ditangkap dalam penampilan bisa ditentukan apriori jadi aturan dari sintetis ini pada waktu bersamaan menghasilkan ituisi ini apriori dalam setiap contoh empiris, bisa membawa bentuk dari yang terahir.  Keberadaan dari penampilan belum bisa diketahui apriori, dan bahkan jika kita bisa berhasil pada jalur ini dalam menyimpulkan untuk beberapa penampilan atau lainnya., kita masih tidak akan  bisa untuk  mengetahui ketentuannya, bisa mengantisipasi bahwa melalui intuisi yang empiris ini dibedakan dari yang lain. 

Dua prinsip dimana Kant menyebut  “the mathematical ones” dalam pertimbangan dari fakta yang mereka membenarkan perlakuan matematika untu penampian, tergolong untuk penampilan dengan pandangan untuk kepercayaan dan diajari bagaimana kedua intuisi mereka dan persepsi nyata mereka bisa dihasilkan dalam kesesuaian aturan dari sintetis matematik, karenanya bagaimana kedua masalah besaran numeric dan denganya ketentuan dari penampilan sebagai besaran, bisa digunakan.

Kant bisa mengkomposisikan dan menentukan apriori. Sehingga  kita bisa memangggil bentuk prinsip konstitusi. Hal –hal harus seluruhnya berbeda dengan prinsip konstitusi yang dibawa untuk keberadaan dari aturan apriori. Sejak keberadaannya tidak bisa dibangun , prinsip ini bisa memperhatikan hanya hubungang keberadaan, dan tidak bisa menghasilkan apapun tetapi hanya regulasi prinsip.  Untuk itu bukan aksioma atau intuisi untuk diajarkan untuk lebih tepatnya. Jika persepsi diberikan untuk kita dalam hubungan sementara ke yang lain. Itu tidak bisa dikatakan apriori yang mana dan bagaimana besarnya persepsi yang lain., tetapi hanya bagaiman ini perlu  dikombinasikan dengan yang pertama, sebagai awal keberadaannya dalam moda waktu. 

Dalam filosofi analogi menandakan beberapa perbedaan  dari apa yang mewakili matematika. Pada yang akan dating mereka di formulasikan bahwa penegasan identitas dari dua hubungan magnitude dan selalu konstitusif, jadi jika dua anggota dalil diberikan ketiganya juga diberikan , bisa menjadi kuantitatif tapi dari dua hubungan kualitatif, dimana dari tiga pemberian anggota saya bisa mengetahui dan memberikan apriori hanya hubungan untuk keempatnya  tapi tidak empat anggota sendiri-sendiri, walaupun saya mempunyai aturan untuk mencari nya dalam pengalaman  dan sebuah tanda untuk menemukannya disana.

Sebuah analogi pengalaman  akan  menjadi aturan  dalam  kesesuaian dengan kesatuan pengalaman untuk muncul dari persepsi dan sebagai sebuah prinsip ini tidak akan sah dari objek secara konstitusi tapi hanya regulasi. Hal ini akan sangat memegang postulat-postulat dari pemikiran empiris pada umumnya yang bersama memperhatikan sintesis dari intuisi, dari persepsi dan dari pengalaman, yaitu bahwa mereka hanya prinsip regulasi, dan merera berbeda dari prinsip matematika. Kita harus ingat tentang prinsip sintesis dan khususnya mencatatnya disini, bahwa analogi mempunyai signifikansi tunggal dan kesahan tidak sebagai prinsip dari transcendental menggunakan dari pengertian tapi hanya sebagai prinsip dari penggunaan empiris, karenanya mereka bisa membuktikan hanya sebagai konsekuensi penampilan harusnya tidak termasuk dibawah kategori tapi hanya dibawah skema. Jika objek ini untuk prinsip yang berhubungan dengan hal-hal sendiri, kemudian ini akan menjadi ketidakmungkinan untuk mengetahui apapun tentang sintesis apriori. Sekarang ini tidak ada apa apa tapi penampilan yang menyempurnakan kognisi, yang mana akhirnya semua prinsip apriori harus turun, juga mungkin pengalaman dan konsekuen,prinsip itu bisa tanpa tujuan tapi kondisi dari kesatuan kognisi empiris dalam sintetis dari penampilan, tapi kondisi ini dipikirksn hanya skema dari konsep murni   dari pemahaman dan kategori mengandung fungsi, tidak terbatas oleh kondisi masuk akal dari kesatuan mereka sebagai sintetik pada umumnya. Prinsip ini membenarkan penggabungan penampilan hanya dalam kesesuaian dengan analogi logika dan konsep kesatuan umum, dan bahkan dalam prinsipnya sendiri kita kakan membuat penggunaan katagori, tetapi dalam pelaksanaannya kita menyusun skema pada tempat sebagai kunci untuk menggunakannya, atau lebih tepatnya  menyusun bentuk terakhir bersama, sebagai pembatasan kondisi, dibawah formula.

Demikian pengalaman menurut Kant yang saya peroleh dari bukuna “The Critique of Pure Reason”. Jika ada kesalahpahaman dari saya saya mohon maaf sebesar-besarnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar