Ardiana Purnamasari
PENDEKATAN RME PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MUATAN ETNOMATEMATIKA BERBANTUAN TEKNOLOGI DIGITAL (QUIZZIZ)
A. Latar belakang
Pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, anggapan awal siswa seperti ini membuat siswa kesulitan menerima materi. Selain anggapan pembelajaran matematika di sekolah juga masih banyak menggunakan metode konvensional, yaitu guru menjelaskan dan siswa hanya pasif menerima informasi. Dalam pembelajaran kita mengenal pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivistik memandang siswa harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Dengan mengkonstruksi pengetahuan sendiri siswa dapat memberi makna pada pengetahuannya sehingga pengetahuan akan mudah diterima dan dapat tersimpan dalam memori mereka. Konstuktivisme adalah pendekatan dengan dimensi filosofi belajar dan mengajar tetapi umumnya menekankan kontribusi untuk memahami dan mempelajari melalui aktivitas individu dan kelompok(Fosnot dalam Roger, 2011). Dalam pandangan konstuktivist, pelajar sampai pada memahami dengan memilih informasi dan membangun pengetahun sendiri atau melalui kerjasama dengan yang lain(Roger, 2011).
Berdasarkan teori dari Vygotsky fungsi mental tertinggi mempunyai keaslian dalam hidup social sebagai reaksi anak dengan beberapa pengalaman dengan lingkungan. Vygotsky menekankan integrasi antara aspek internal dan eksternal dari belajar dan dengan lingkungan belajar.(dalam Roger,2011). Beberapa prinsip belajar diungkapkan oleh Hein (1991) yaitu:
1. Belajar adalah proses aktif dimana pelajar menggunakan input sensori dan membangun pemahamannya
2. Orang belajar untuk belajar saat mereka belajar: belajar terdiri dari membangun makna dan membangun sistem makna
3. Tindakan penting dalam membangun makna adalah mental: itu terjadi di dalam pikiran. Fisik tindakan, pengalaman langsung mungkin diperlukan untuk belajar, terutama untuk anak-anak, tetapi itu Tidak cukup; kita perlu menyediakan kegiatan yang melibatkan pikiran serta tangan
4. Belajar melibatkan bahasa: bahasa yang kita gunakan mempengaruhi pembelajaran.
5. Belajar adalah aktivitas sosial: pembelajaran kita terkait erat dengan koneksi kita dengan orang-orang sekitar.
6. Belajar adalah kontekstual: kita tidak mempelajari fakta dan teori yang terisolasi dalam beberapa abstrak tanah halus pikiran yang terpisah dari sisa hidup kita: kita belajar dalam hubungan dengan apa lagi yang kita ketahui, apa yang kita yakini, prasangka dan ketakutan kita.
7. Seseorang membutuhkan pengetahuan untuk belajar: tidak mungkin mengasimilasi pengetahuan baru tanpa memiliki beberapa struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya untuk dibangun.
8. Butuh waktu untuk belajar: belajar tidak instan.
9. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar
10. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar
Pendapat Hein tersebut memperjelas bahwa siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan beberapa aktivitas dan setelah melalui pengalaman belajar. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah RME.
B. RME ( Realistik Mathematic Education)
RME memiliki tujuan untuk mengubah pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa dengan memperkenalkan mereka ke dalam masalah dalam konteks(Laurens,et.al, 2017). Beberapa aspek yang terkandung dalam RME menegaskan hal tersebut.
A. Treffers (dalam Khurshida,2021) lima aspek utama dari program RME:
1. Menggunakan konteks pembelajaran yang bermakna.
2. Menggunakan simulasi.
3. Proses membuka kembali diri peserta didik, dibimbing oleh seorang guru.
4. Proses pembelajaran interaktif.
5. Pemahaman matematika sebagai mata pelajaran di mana banyak topik saling terkait.
RME dikembangan menurut pemikiran Frudential, Terdapat 3 prinsip dalam pembelajaran RME menurut Freudential , yaitu:
1. Guided reinvention yaitu penemuan kembali secara terbimbing,
2. Didactical phenomenology yaitu fenomenologi didaktis
3. Self-developed models yaitu mengembangkan model-model sendiri.
Dalam pembelajaran RME siswa dituntut untuk aktif melakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu tokoh aliran kontuktivisme yaitu Vygotski beranggapan bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari dalam diri siswa, tetapi juga diperoleh dari pengalaman-pengalaman siswa ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam teorinya terdapat scaffolding yaitu bantuan-bantuan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran. Bantuan-bantuan tersebut dalam bentukpemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkahlangkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membangun.
Bantuan yang diberikan oleh guru dapat menjembatani antara matematika dengan kehidupan sehari –hari. Salah satu contoh bantuan yang dapat diberikan guru dalam pembelajaran matematika adalah dengan memperkenalkan benda –benda yang etnik dan memuat unsur budaya. Benda-benda yang ditunjukan nantinya akan dihubungkan ke bentuk geometris yang berhubungan dengan bangun datar. Dengan menunjukan berbagai macam bentuk benda-benda geometris yang berkaitan dengan budaya bertujuan untuk lebih menarik minat siswa belajar dan menjadikan pengetahuan lebih bermakna. Hal tersebut menunjukan bahwa ternyata terdapat benang merah yang dapat ditarik antara RME dan Etnomatematika.
C. Pembelajaran Matematika Berbasis Ethnomatika
Menurut Barton (1996 dalam Wahyuni, ) ethnomathematics mencakup ide- Ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Definisi etnomatematika menurut D’Ambrosio adalah Definisi etnomatematika adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffixtics is derived from techné, and has the same root as technique (Rosa & Orey: 2011)
Marsigit (2016) mengungkapkan etnomatematika adalah suatu pendekatan
pengembangan pendidikan yang digunakan untuk mengkonstruksi bagaimana
matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika.
D'Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya etnomatematika
adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Tujuan etnomatematika adalah agara siswa dapat menyadari bahwa banyak penggunakan matematika di lingkungan sekitar dan matematika memang ada dalam kehidupan sehari hari.
Beberapa contoh penerapan ethnomatika dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
a. Etnomatematika Konteks Kraton Yogyakarta (Sumbaji dalam Marsigit, 2016)
Benda Aspek Matematika
Atap dalam arsitektur keratin
Identifikasi:
1. Lokasi Benda: Lingkungan Keraton Yogyakarta
2. Bentuk: Segitiga
3. Bahan: kayu Silabus SMP tentang bangun datar
Materi Pokok : Segitiga
1. Keliling dan Luas
Segitiga
• Keliling segitiga
K = a + b + c
• Luas segitiga
L = ½ x a x t
b. Etnomatematika Konteks Candi Borobudur (Dyah Wahyu Utami, dkk dalam Marsigit 2016)
Benda Aspek Matematika
Bagian badan dari stupa pada pelataran delapan dan sembilan di Candi
Borobudur. 1. Bentuk lubang –lubang pada stupa
dapat digunakan untuk membatu
mempelajari konsep bangun datar belah ketupat melalui masalah nyata.
2. Mencari sifat –sifat bangun datar
belah ketupat dengan menggunakan
masalah nyata.
3. Mencari luas permukaan dan
volume bagian badan stupa dengan
pendekatan luas permukaan dan
volume tabung.
4. Mencari luas bangun gabungan dari bangun datar trapesium maupun persegi panjang, belah ketupat dan segitiga.
5. Mencari jumlah batu yang dibutuhkan untuk membangun bagian badan stupa dengan menggunakan luas permukaan batu bagian luar.
D. Pemanfaatan Teknologi Digital Dalam Pembelajaran
Belajar seharusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tugas yang berat bagi para pendidik. Pada proses pembelajaran matematika hendaknya dilakukan umpan balik atau pengulangan pada akhir pembelajaran. Hal ini sesuai dengan cara kerja memori yang harus dilakukan pengulangan agar pengetahuan dapat tersimpan dalam long term memory. Pengulangan verbal biasanya dianggap sebagai suatu bentuk pembelajaran dengan sistem hafal (rote learning) karena melibatkan pengulangan informasi secara terus menerus sampai kita pikir sudah berhasil mempelajarinya. Pengulangan verbal berguna ketika materi yang dipelajari sedikit abstrak yang sulit dengan menggunakan strategi pengodean atau membuat gambaran. Tugas yang didesain oleh Atkinson dan Shiffrin (dalam Rehalat, 2014) menuntun pembelajaran materi yang abstrak dan tidak bermakna, sehingga mendorong subjek untuk menggunakan pengulangan.
Dalam melaksanakan pengulangan agar siswa memperoleh pengalaman berbeda adalah dengan meminta siswa mengerjakan soal kuis yang dibuat dengan aplikasi quizziz. Quizizz adalah sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Quizizz dapat memberikan data dan statistik tentang hasil kinerja siswa secara langsung. Quizizz dapat diguakan dalam pembelajaran di kelas dan juga dikerjakan sebagai pekerjaan rumah (PR), sehingga dapat dimainkan kapan saja dan dimana saja oleh siswa asalkan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan.
Dengan quizizz ini, siswa akan merasa tertantang karena terdapat skor jika menjawab secara cepat dan tepat, kecepatan akan ada skor sendiri. Selain itu dalam permainannya terdapat persaingan, quizizz langsung membuat ranking yang bersifat live antar peserta. Kuis yang dibuat interaktif dan menyenangkan karena akan ada suasana musik untuk menyemangati, dan beberapa animasi gabar.
Kelebihan dari quizizz adalah:
1. siswa tidak dapat mencontek sesama temannya, karena soal yang diberikan kepada siswa satu dengan yang lainnya telah diacak.
2. Soal dapat dibuat dengan ketentuan waktu tertentu yang membuat siswa tidak punya kesempatan untuk bertanya dengan orang sekitar atau melihat buku catatan miliknya.
3. Setelah mengerjakan kuis, siswa dapat mengetahui rangking yang dia dapat dari keseluruhan siswa yang mengerjakan soal tersebut. Selain itu siswa juga mengetahui soal dan jawaban yang betul dari soal yang telah dikerjakannya.
Hal tersebut di atas mejadikan aplikasi tersebut pilihan yang tepat untuk melaksanakan pengulangan.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME sangat erat kaitannya dengan lingkungan, sehingga menghubungkan pembelajaran matematika berbasis RME dengan lingkungan budaya diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya dan juga siswa dapat lebih memaknai pengetahuann yang diperoleh dan agar siswa dapat mengingat pengetahuannya tersebut dan merekamnya ke dalam longterm memory maka dilakukan pengulangan dengan kuis yang dibuat menggunakan aplikasi quizziz agar membuat pembelajaran siswa lebih berkesan.
E. DAFTAR REFERENSI:
Astri Wahyuni & Surgawi Pertiwi.2017.Etnomatematika dalam ragam hias melayu .. https://doi.org/10.33654/math.v3i2.61
D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5 (1), 44-48
Hein,E George.1991. Constructivist Learning Theory. http://beta.edtechpolicy.org/AAASGW/Session2/const_inquiry_paper.pdf
Heuvel, Marja Van Den. 1996. ASSESSMENT AND REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION. Technipress, Culemborg
Heuvel, Marja Van Den .2019.International Reflections on the Netherlands
Didactics of Mathematics. https://doi.org/10.1007/978-3-030-20223-1
Laurens, et.al.2018. How Does Realistic Mathematics Education (RME) Improve
Students’ Mathematics Cognitive Achievement?. DOI: 10.12973/ejmste/76959
Marsigit.2016. Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Kekinian. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3
Rismawati, Kintan Utari. 2011. Penerapan Bahan Ajar Matematika Berbasis Realistic Mathematics Education(Rme)Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsepmatematis Siswa. https://doi.org/10.37150/jp.v3i1.1127
Rehalat, Aminah. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1625
Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4 (2). 32-54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar