Senin, 06 Desember 2021

PENDEKATAN RME PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MUATAN ETNOMATEMATIKA BERBANTUAN TEKNOLOGI DIGITAL (QUIZZIZ

Ardiana Purnamasari

PENDEKATAN RME PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MUATAN ETNOMATEMATIKA BERBANTUAN TEKNOLOGI DIGITAL (QUIZZIZ)

A. Latar belakang

Pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, anggapan awal siswa seperti ini membuat siswa kesulitan menerima materi.  Selain anggapan pembelajaran matematika di sekolah juga masih banyak menggunakan metode konvensional, yaitu guru menjelaskan dan siswa hanya pasif menerima informasi. Dalam pembelajaran kita mengenal pendekatan konstruktivisme.  Pendekatan konstruktivistik memandang siswa harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Dengan mengkonstruksi pengetahuan sendiri siswa dapat memberi makna pada pengetahuannya sehingga pengetahuan akan mudah diterima dan dapat tersimpan dalam memori mereka. Konstuktivisme adalah pendekatan dengan dimensi filosofi belajar dan mengajar tetapi umumnya menekankan kontribusi untuk memahami dan mempelajari melalui aktivitas individu dan kelompok(Fosnot dalam Roger, 2011). Dalam pandangan konstuktivist, pelajar sampai pada memahami dengan memilih informasi dan membangun pengetahun sendiri atau melalui kerjasama dengan yang lain(Roger, 2011).

Berdasarkan teori dari Vygotsky fungsi mental tertinggi mempunyai keaslian dalam hidup social sebagai reaksi anak dengan beberapa pengalaman dengan lingkungan. Vygotsky menekankan integrasi antara aspek internal dan eksternal dari belajar dan dengan lingkungan belajar.(dalam Roger,2011).  Beberapa prinsip belajar diungkapkan oleh Hein (1991) yaitu:

1. Belajar adalah proses aktif  dimana pelajar menggunakan input sensori dan membangun pemahamannya

2. Orang belajar untuk belajar saat mereka belajar: belajar terdiri dari membangun makna dan membangun sistem makna

3. Tindakan penting dalam membangun makna adalah mental: itu terjadi di dalam pikiran. Fisik tindakan, pengalaman langsung mungkin diperlukan untuk belajar, terutama untuk anak-anak, tetapi itu Tidak cukup; kita perlu menyediakan kegiatan yang melibatkan pikiran serta tangan

4. Belajar melibatkan bahasa: bahasa yang kita gunakan mempengaruhi pembelajaran. 

5. Belajar adalah aktivitas sosial: pembelajaran kita terkait erat dengan koneksi kita dengan orang-orang sekitar.

6. Belajar adalah kontekstual: kita tidak mempelajari fakta dan teori yang terisolasi dalam beberapa abstrak tanah halus pikiran yang terpisah dari sisa hidup kita: kita belajar dalam hubungan dengan apa lagi yang kita ketahui, apa yang kita yakini, prasangka dan ketakutan kita. 

7. Seseorang membutuhkan pengetahuan untuk belajar: tidak mungkin mengasimilasi pengetahuan baru tanpa memiliki beberapa struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya untuk dibangun.

8. Butuh waktu untuk belajar: belajar tidak instan.

9. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar

10. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar

Pendapat Hein tersebut memperjelas bahwa siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan beberapa aktivitas dan setelah melalui pengalaman belajar. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah RME. 

B. RME ( Realistik Mathematic Education)

RME memiliki tujuan untuk mengubah pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa dengan memperkenalkan mereka ke dalam masalah dalam konteks(Laurens,et.al, 2017). Beberapa aspek yang terkandung dalam RME menegaskan hal tersebut. 

A. Treffers (dalam Khurshida,2021) lima aspek utama dari program RME:

1. Menggunakan konteks pembelajaran yang bermakna.

2. Menggunakan simulasi.

3. Proses membuka kembali diri peserta didik, dibimbing oleh seorang guru.

4. Proses pembelajaran interaktif.

5. Pemahaman matematika sebagai mata pelajaran di mana banyak topik saling terkait.

RME dikembangan menurut pemikiran Frudential, Terdapat 3 prinsip dalam pembelajaran RME menurut Freudential , yaitu:

1. Guided reinvention yaitu penemuan kembali secara terbimbing, 

2. Didactical phenomenology yaitu fenomenologi didaktis

3. Self-developed models yaitu mengembangkan model-model sendiri.

Dalam pembelajaran RME siswa dituntut untuk aktif melakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu tokoh aliran kontuktivisme yaitu Vygotski beranggapan  bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari dalam diri siswa, tetapi juga diperoleh dari pengalaman-pengalaman siswa ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam teorinya terdapat scaffolding yaitu bantuan-bantuan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran. Bantuan-bantuan tersebut dalam bentukpemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkahlangkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membangun.

 Bantuan yang diberikan oleh guru dapat menjembatani antara matematika dengan kehidupan sehari –hari. Salah satu contoh bantuan yang dapat diberikan guru dalam pembelajaran matematika adalah dengan memperkenalkan benda –benda yang etnik dan memuat unsur budaya. Benda-benda yang ditunjukan nantinya akan dihubungkan ke bentuk geometris yang berhubungan dengan bangun datar. Dengan menunjukan berbagai macam bentuk benda-benda geometris yang berkaitan dengan budaya bertujuan untuk lebih menarik minat siswa belajar dan menjadikan pengetahuan lebih bermakna. Hal tersebut menunjukan bahwa ternyata terdapat benang merah yang dapat ditarik antara RME dan Etnomatematika. 

C. Pembelajaran Matematika Berbasis Ethnomatika

Menurut Barton (1996 dalam Wahyuni, ) ethnomathematics mencakup ide- Ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan  oleh semua  budaya. Definisi etnomatematika menurut D’Ambrosio adalah Definisi etnomatematika adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore   includes   language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffixtics is derived from techné, and has the same root as technique (Rosa & Orey: 2011)

Marsigit (2016) mengungkapkan etnomatematika adalah suatu pendekatan

pengembangan pendidikan yang digunakan untuk mengkonstruksi bagaimana

matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran matematika.

D'Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya etnomatematika

adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Tujuan etnomatematika adalah agara siswa dapat menyadari bahwa banyak penggunakan matematika di lingkungan sekitar dan matematika memang ada dalam kehidupan sehari hari.

Beberapa contoh penerapan ethnomatika dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

a. Etnomatematika Konteks Kraton Yogyakarta (Sumbaji dalam Marsigit, 2016)

Benda Aspek Matematika

Atap dalam arsitektur keratin

 

Identifikasi:

1. Lokasi Benda: Lingkungan Keraton Yogyakarta

2. Bentuk: Segitiga

3. Bahan: kayu Silabus SMP tentang bangun datar

Materi Pokok : Segitiga 

1. Keliling dan Luas

Segitiga

• Keliling segitiga

K = a + b + c

• Luas segitiga

L = ½ x a x t

b. Etnomatematika Konteks Candi Borobudur (Dyah Wahyu Utami, dkk dalam Marsigit 2016)

Benda Aspek Matematika

 

Bagian badan dari stupa pada pelataran delapan dan sembilan di Candi

Borobudur. 1. Bentuk lubang –lubang pada stupa

dapat digunakan untuk membatu

mempelajari konsep bangun datar  belah ketupat  melalui masalah nyata.

2. Mencari sifat –sifat bangun datar

belah ketupat dengan menggunakan

masalah nyata.

3. Mencari luas permukaan dan

volume bagian badan  stupa dengan

pendekatan luas permukaan dan

volume tabung.

4. Mencari  luas bangun gabungan dari bangun datar trapesium maupun persegi panjang, belah ketupat dan segitiga.

5. Mencari jumlah batu yang dibutuhkan untuk membangun bagian badan stupa dengan menggunakan luas permukaan batu bagian luar.


D. Pemanfaatan Teknologi Digital Dalam Pembelajaran

Belajar seharusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tugas yang berat bagi para pendidik. Pada proses pembelajaran matematika hendaknya dilakukan umpan balik atau pengulangan pada akhir pembelajaran. Hal ini sesuai dengan cara kerja memori yang harus dilakukan pengulangan agar pengetahuan dapat tersimpan dalam long term memory.  Pengulangan verbal biasanya dianggap sebagai suatu bentuk pembelajaran dengan sistem hafal (rote learning) karena melibatkan pengulangan informasi secara terus menerus sampai kita pikir sudah berhasil mempelajarinya. Pengulangan verbal berguna ketika materi yang dipelajari sedikit abstrak yang sulit dengan menggunakan strategi pengodean atau membuat gambaran. Tugas yang didesain oleh Atkinson dan Shiffrin (dalam Rehalat, 2014) menuntun pembelajaran materi yang  abstrak dan tidak bermakna, sehingga mendorong subjek untuk menggunakan pengulangan. 

Dalam melaksanakan pengulangan agar siswa memperoleh pengalaman berbeda adalah dengan meminta siswa mengerjakan soal kuis yang dibuat dengan aplikasi quizziz. Quizizz adalah  sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Quizizz dapat memberikan data dan statistik tentang hasil kinerja siswa secara langsung. Quizizz dapat diguakan dalam pembelajaran di kelas dan juga dikerjakan sebagai  pekerjaan rumah (PR), sehingga dapat dimainkan kapan saja dan dimana saja oleh siswa asalkan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan.

Dengan quizizz ini, siswa akan merasa tertantang karena terdapat skor jika menjawab secara cepat dan tepat, kecepatan akan ada skor sendiri. Selain itu dalam permainannya terdapat persaingan, quizizz langsung membuat ranking yang bersifat live antar peserta. Kuis yang dibuat interaktif dan menyenangkan karena akan ada suasana musik untuk menyemangati, dan beberapa animasi gabar.

Kelebihan dari quizizz adalah:

1. siswa tidak dapat mencontek sesama temannya, karena soal yang diberikan kepada siswa satu dengan yang lainnya telah diacak. 

2. Soal dapat dibuat dengan ketentuan waktu tertentu yang membuat siswa tidak punya kesempatan untuk bertanya dengan orang sekitar atau melihat buku catatan miliknya.

3. Setelah mengerjakan kuis, siswa dapat mengetahui rangking yang dia dapat dari keseluruhan siswa yang mengerjakan soal tersebut. Selain itu siswa juga mengetahui soal dan jawaban yang betul dari soal yang telah dikerjakannya.

Hal tersebut di atas mejadikan aplikasi tersebut pilihan yang tepat untuk melaksanakan pengulangan.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME sangat erat kaitannya dengan lingkungan, sehingga menghubungkan pembelajaran matematika berbasis RME  dengan lingkungan budaya diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya dan juga siswa dapat lebih memaknai pengetahuann yang diperoleh dan agar siswa dapat mengingat pengetahuannya tersebut dan merekamnya ke dalam longterm memory maka dilakukan pengulangan dengan kuis yang dibuat menggunakan aplikasi quizziz agar membuat pembelajaran siswa lebih berkesan.

E. DAFTAR REFERENSI:

Astri Wahyuni & Surgawi Pertiwi.2017.Etnomatematika dalam ragam hias melayu .. https://doi.org/10.33654/math.v3i2.61 

D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5 (1), 44-48

Hein,E George.1991. Constructivist Learning Theory. http://beta.edtechpolicy.org/AAASGW/Session2/const_inquiry_paper.pdf

Heuvel, Marja Van Den. 1996. ASSESSMENT AND REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION. Technipress, Culemborg

Heuvel, Marja Van Den .2019.International Reflections on the Netherlands

Didactics of Mathematics. https://doi.org/10.1007/978-3-030-20223-1

Laurens, et.al.2018. How Does Realistic Mathematics Education (RME) Improve

Students’ Mathematics Cognitive Achievement?. DOI: 10.12973/ejmste/76959

Marsigit.2016. Pembelajaran Matematika dalam Perspektif Kekinian. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3

Rismawati, Kintan Utari. 2011. Penerapan Bahan Ajar Matematika Berbasis Realistic Mathematics Education(Rme)Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsepmatematis Siswa.  https://doi.org/10.37150/jp.v3i1.1127 

Rehalat, Aminah. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1625 

Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4 (2). 32-54.






 Ardiana Purnamasari

PENDEKATAN RME PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MUATAN ETNOMATEMATIKA DENGAN BANTUAN TEKNOLOGI DIGITAL (QUIZZIZ)

Pelajaran matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, anggapan awal siswa seperti ini membuat siswa kesulitan menerima materi. Selain anggapan pembelajaran matematika di sekolah juga masih banyak menggunakan metode konvensional, yaitu guru menjelaskan dan siswa hanya pasif menerima informasi. Dalam pembelajaran kita mengenal pendekatan konstruktivisme.  Pendekatan konstruktivistik memandang siswa harus mengkonstruksi pengetahuannya sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Dengan mengkonstruksi pengetahuan sendiri siswa dapat memberi makna pada pengetahuannya sehingga pengetahuan akan mudah diterima dan dapat tersimpan dalam memori mereka. Konstuktivisme adalah pendekatan dengan dimensi filosofi belajar dan mengajar tetapi umumnya menekankan kontribusi untuk memahami dan mempelajari melalui aktivitas individu dan kelompok(Fosnot dalam Roger, 2011). Dalam pandangan konstuktivist, pelajar sampai pada memahami dengan memilih informasi dan membangun pengetahun sendiri atau melalui kerjasama dengan yang lain(Roger, 2011).

Berdasarkan teori dari Vygotsky fungsi mental tertinggi mempunyai keaslian dalam hidup social sebagai reaksi anak dengan beberapa pengalaman dengan lingkungan. Vygotsky menekankan integrasi antara aspek internal dan eksternal dari belajar dan dengan lingkungan belajar.(dalam Roger,2011).  Beberapa prinsip belajar diungkapkan oleh Hein (1991) yaitu:

1. Belajar adalah proses aktif  dimana pelajar menggunakan input sensori dan membangun pemahamannya

2. Orang belajar untuk belajar saat mereka belajar: belajar terdiri dari membangun makna dan membangun sistem makna

3. Tindakan penting dalam membangun makna adalah mental: itu terjadi di dalam pikiran. Fisik tindakan, pengalaman langsung mungkin diperlukan untuk belajar, terutama untuk anak-anak, tetapi itu Tidak cukup; kita perlu menyediakan kegiatan yang melibatkan pikiran serta tangan

4. Belajar melibatkan bahasa: bahasa yang kita gunakan mempengaruhi pembelajaran. 

5. Belajar adalah aktivitas sosial: pembelajaran kita terkait erat dengan koneksi kita dengan orang-orang sekitar.

6. Belajar adalah kontekstual: kita tidak mempelajari fakta dan teori yang terisolasi dalam beberapa abstrak tanah halus pikiran yang terpisah dari sisa hidup kita: kita belajar dalam hubungan dengan apa lagi yang kita ketahui, apa yang kita yakini, prasangka dan ketakutan kita. 

7. Seseorang membutuhkan pengetahuan untuk belajar: tidak mungkin mengasimilasi pengetahuan baru tanpa memiliki beberapa struktur yang dikembangkan dari pengetahuan sebelumnya untuk dibangun.

8. Butuh waktu untuk belajar: belajar tidak instan.

9. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar

10. Motivasi adalah komponen kunci dalam belajar

Pendapat Hein tersebut memperjelas bahwa siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan beberapa aktivitas dan setelah melalui pengalaman belajar. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah RME. 

RME memiliki tujuan untuk mengubah pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa dengan memperkenalkan mereka ke dalam masalah dalam konteks(Laurens,et.al, 2017). Beberapa aspek yang terkandung dalam RME menegaskan hal tersebut. 

A. Treffers (dalam Khurshida,2021) lima aspek utama dari program RME:

1. Menggunakan konteks pembelajaran yang bermakna.

2. Menggunakan simulasi.

3. Proses membuka kembali diri peserta didik, dibimbing oleh seorang guru.

4. Proses pembelajaran interaktif.

5. Pemahaman matematika sebagai mata pelajaran di mana banyak topik saling terkait.

RME dikembangan menurut pemikiran Frudential, Terdapat 3 prinsip dalam pembelajaran RME menurut Freudential , yaitu:

1. Guided reinvention yaitu penemuan kembali secara terbimbing, 

2. Didactical phenomenology yaitu fenomenologi didaktis

3. Self-developed models yaitu mengembangkan model-model sendiri.

Dalam pembelajaran RME siswa dituntut untuk aktif melakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu tokoh aliran kontuktivisme yaitu Vygotski beranggapan  bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari dalam diri siswa, tetapi juga diperoleh dari pengalaman-pengalaman siswa ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam teorinya terdapat scaffolding yaitu bantuan-bantuan yang diberikan guru dalam proses pembelajaran. Bantuan-bantuan tersebut dalam bentukpemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkahlangkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membangun.

 Bantuan yang diberikan oleh guru dapat menjembatani antara matematika dengan kehidupan sehari –hari. Salah satu contoh bantuan yang dapat diberikan guru dalam pembelajaran matematika adalah dengan memperkenalkan benda –benda yang etnik dan memuat unsur budaya. Benda-benda yang ditunjukan nantinya akan dihubungkan ke bentuk geometris yang berhubungan dengan bangun datar. Dengan menunjukan berbagai macam bentuk benda-benda geometris yang berkaitan dengan budaya bertujuan untuk lebih menarik minat siswa belajar dan menjadikan pengetahuan lebih bermakna. Hal tersebut menunjukan bahwa ternyata terdapat benang merah yang dapat ditarik antara RME dan Etnomatematika. 

Menurut Barton (1996 dalam Wahyuni, ) ethnomathematics mencakup ide- Ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan  oleh semua  budaya. Definisi etnomatematika menurut D’Ambrosio adalah Definisi etnomatematika adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore   includes   language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffixtics is derived from techné, and has the same root as technique (Rosa & Orey: 2011)

D'Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya etnomatematika

adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Tujuan etnomatematika adalah agara siswa dapat menyadari bahwa banyak penggunakan matematika di lingkungan sekitar dan matematika memang ada dalam kehidupan sehari hari.

Belajar seharusnya menjadi suatu hal yang menyenangkan, tugas yang berat bagi para pendidik. Pada proses pembelajaran matematika hendaknya dilakukan umpan balik atau pengulangan pada akhir pembelajaran. Hal ini sesuai dengan cara kerja memori yang harus dilakukan pengulangan agar pengetahuan dapat tersimpan dalam long term memory.  Pengulangan verbal biasanya dianggap sebagai suatu bentuk pembelajaran dengan sistem hafal (rote learning) karena melibatkan pengulangan informasi secara terus menerus sampai kita pikir sudah berhasil mempelajarinya. Pengulangan verbal berguna ketika materi yang dipelajari sedikit abstrak yang sulit dengan menggunakan strategi pengodean atau membuat gambaran. Tugas yang didesain oleh Atkinson dan Shiffrin (dalam Rehalat, 2014) menuntun pembelajaran materi yang  abstrak dan tidak bermakna, sehingga mendorong subjek untuk menggunakan pengulangan. 

Dalam melaksanakan pengulangan agar siswa memperoleh pengalaman berbeda adalah dengan meminta siswa mengerjakan soal kuis yang dibuat dengan aplikasi quizziz. Quizizz adalah  sebuah web tool untuk membuat permainan kuis interaktif yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Quizizz dapat memberikan data dan statistik tentang hasil kinerja siswa secara langsung. Quizizz dapat diguakan dalam pembelajaran di kelas dan juga dikerjakan sebagai  pekerjaan rumah (PR), sehingga dapat dimainkan kapan saja dan dimana saja oleh siswa asalkan tidak melebihi batas waktu yang sudah ditentukan.

Dengan quizizz ini, siswa akan merasa tertantang karena terdapat skor jika menjawab secara cepat dan tepat, kecepatan akan ada skor sendiri. Selain itu dalam permainannya terdapat persaingan, quizizz langsung membuat ranking yang bersifat live antar peserta. Kuis yang dibuat interaktif dan menyenangkan karena akan ada suasana musik untuk menyemangati, dan beberapa animasi gabar.

Kelebihan dari quizizz adalah:

1. siswa tidak dapat mencontek sesama temannya, karena soal yang diberikan kepada siswa satu dengan yang lainnya telah diacak. 

2. Soal dapat dibuat dengan ketentuan waktu tertentu yang membuat siswa tidak punya kesempatan untuk bertanya dengan orang sekitar atau melihat buku catatan miliknya.

3. Setelah mengerjakan kuis, siswa dapat mengetahui rangking yang dia dapat dari keseluruhan siswa yang mengerjakan soal tersebut. Selain itu siswa juga mengetahui soal dan jawaban yang betul dari soal yang telah dikerjakannya.

Hal tersebut di atas mejadikan aplikasi tersebut pilihan yang tepat untuk melaksanakan pengulangan.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan RME sangat erat kaitannya dengan lingkungan, sehingga menghubungkan pembelajaran matematika berbasis RME  dengan lingkungan budaya diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya dan juga siswa dapat lebih memaknai pengetahuann yang diperoleh dan agar siswa dapat mengingat pengetahuannya tersebut dan merekamnya ke dalam longterm memory maka dilakukan pengulangan dengan kuis yang dibuat menggunakan aplikasi quizziz agar membuat pembelajaran siswa lebih berkesan.

DAFTAR REFERENSI:

Astri Wahyuni & Surgawi Pertiwi.2017.Etnomatematika dalam ragam hias melayu .. https://doi.org/10.33654/math.v3i2.61 

D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, 5 (1), 44-48

Hein,E George.1991. Constructivist Learning Theory. http://beta.edtechpolicy.org/AAASGW/Session2/const_inquiry_paper.pdf

Heuvel, Marja Van Den. 1996. ASSESSMENT AND REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION. Technipress, Culemborg

Heuvel, Marja Van Den .2019.International Reflections on the Netherlands

Didactics of Mathematics. https://doi.org/10.1007/978-3-030-20223-1

Laurens, et.al.2018. How Does Realistic Mathematics Education (RME) Improve

Students’ Mathematics Cognitive Achievement?. DOI: 10.12973/ejmste/76959

Rismawati, Kintan Utari. 2011. Penerapan Bahan Ajar Matematika Berbasis Realistic Mathematics Education(Rme)Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsepmatematis Siswa.  https://doi.org/10.37150/jp.v3i1.1127 

Rehalat, Aminah. 2014. Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1625 

Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4 (2). 32-54.






Minggu, 05 Desember 2021

Refleksi tentang Aksiologi

 Oleh Ardiana Purnamasari

Pada kuliah pagi hari ini Profesor membahas  tentang ranah aksiologi. Menurut beliau aksiologi adalah asas manfaat, etik , dan estetika. Beliau menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang penuh romantika, penuh dinamika dan mempunyai pengalaman ekstrem yaitu  penderitaan luar biasa sejak jaman kerajaan. Sejarah merekam peperangan antar kerajaan dan perebutan kekuasaan yang penderitaanya dialami rakyat, setelah itu rakyat masih mengalami perdihnya penjajajahan. Penjajahan memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi rakyat Indonesia. selama 76 tahun Indonesia merdeka bukan berarti sudah terbebas dari penderitaan, akan tetapi kita masih harus memeilih beberapa hal yang masih bisa diselamatkan dari sisa penjajahan 370 tahunpenjajahan. Proses Indonesia meraih kemerdekaan melewai beberapa rintangan.

Di situasi Negara yang telah merdeka banyak kelompok- kelompok yang ingin menggoyahkan dasar Negara Indonesia membuat hati kita miris. Paham-paham yang menggoyahkan dasar Negara justru datang dari luar, mempengaruhi beberapa elemen masyarakat dan akhirya masuk ke jiwa rakyat Indonesia. Contoh-contoh sederhana yang bisa kita yaitu pendapat tentang sungkem kepada yang lebih tua dianggap haram, ziarah ke makam dinggap haram, kenduri yang menjadi budaya rakyat indonesiapun dianggap tidak sesuai syariat. Contoh-contoh semacam itu adalah aksiologi di dalam filsafat. Bagaimana agar hal semacam ini tidak terjadi? Menurut professor setiap warga Negara harus berpolitik, akan tetapi politiknya adalah politik murni. Politik yang dilakukan pun harus mempunyai batasan, yaitu jangan sampai merubah dasar Negara. Seseorang yang ingin merubah dasar Negara aka disebut sebagai pemberontak. Selain orang-orang yang berusaha memberontak, orang-orang yang hanya diam saja ketika mengetahui hal yang mengancam dasar Negara ini juga sama berbahayanya dengan pemberontak itu sendiri. 

Salah satu momentum yang luar biasa di Indonesia adalah momentum pemilihan presiden, karena hal tersebut mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan hingga saat ini masih ada sisa – sisa kebencian antara masing – masing pendukung paslon (pasangan calon). Jika kita lihat demokrasi di lur negeri hal yang terjadi di Indonesia tidak akan terjadi. Pilpres seharusnya adalah berlomba-lomba dalam program. Didalam filsafat hal semacam ini juga masuk sebagai ranah aksiologi. Dalam filsafat setiap warga Negara harus menganut politik  murni yaitu setiap warga Negara wajib bela Negara. Hal-hal yang dijelaskan tadi membuktikan bahwa musuh Negara bisa datang dari luar dan juga dari dalam. 

Salah satu fungsi filsafat adalah mencerdaskan, mencerdaskan dalam arti memperluas perspektif supaya melihat sesuatu dengan fikiran yang jernih. Saat ini sebenarnya di Indonesia masih ada penjajah. Penjajah yang ada sekarang adalah penjajah yang menjajah bangsa sendiri. Penjajah yang lahirnya dari rakyat Indonesia sendiri. Kondisi keterjajahan ini masih darurat sampai saat ini. Hal ini menjadi PR bagi generasi saat ini agar hal-hal tersebut dapat dihilangkan. 

Pada kesempatan kali ini profesor menceritakan pengalamannya saat di Amerika yang menunjukan pendidikan di Amerika berbeda dengan pendidikan yang ada di Indonesia.Di Amerika guru berperan melayani siswa dengan berbagai kemampuan siswa itu sendiri. Ini berbeda dengan pembelajaran di Indonesia. Perbedaan yang paling terlihat adalah seringnya penggunaan eksternal tes di sekolah-sekolah di Indonesia. 


Minggu, 28 November 2021

Pengalaman menurut filsafat Kant

 Ardiana Purnamasari


Pengalaman menurut Kant

Menurut Kant Prinsip dari pengalaman adalah: “Experience is possible only through the

representation of a necessary connection of perceptions”. Sangat susah memaknai kalimat tersebut, menurut bahasa persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Jadi pengalaman hanya dapat diperoleh setelah mealui sebuah persepsi. Persepsi adalah kesadaran empiris, yaitu kesadaran yang di dalamnya ada sensasi waktu yang sama. Penampilan, sebagai objek persepsi, bukanlah intuisi murni seperti ruang dan waktu (karena ini tidak dapat dirasakan dengan sendirinya). Kesadaran itu juga mengandung beberapa material intuisi di beberapa objek. Sensasi sebenarnya hanya sebagai representasi subjektif yang dengannya seseorang hanya dapat menyadari bahwa subjek terpengaruh, dan berhubungan dengan objek secara  umum. Perubahan dari kesadaran empiris ke kesadaran murni sekarang mungkin secara bertahap

Tiga mode waktu  persistence, succession, dan  simultaneity, menjadi tiga aturan penampilan menurut eksistensi. Dengan eksistensi masing-masing dapat ditentukan  pandangan kesatuan waktu, mendahului pengalaman dan membuatnya mungkin di awal.Prinsip umum dari ketiga analogi ada pada keperluan kesatuan apersepsii dengan pandangan untuk semua kepentingan empiris dari persepsi pada setiap waktu. konsekuensinya sejak itu apriori  yang ada pada kesatuan sintetik dari semua penampilan berdasarkan hubungan waktu. untuk kemurnian apersepsi dihubungkan ke “inner sense” (jumlah semua representasi) dan didalamnya terkait apriori untuk membentuk hubungan dari jenis kesadaran empiris dalam waktu. sekarang keaslian apersepsi dari semua jenis ini, sejauh relasi semetara dikhawatirkan, ini menjadi kesatuan. Untuk ini apa itu kesatuan transcendental , di bawah dengan semuanya mendirikan kognisi kant, dan dengan demikian bisa menjadi objek untuknya menegaskan apriori. Kesatuan sintetik ini pada hubungan sementara dari persepsi, yang ditentukan apriori, adalah hukum, semua penanda waktu empiris harus berdiri dibawah aturan penanda waktu umum dan analogi dari pengalaman harus menjadi aturan pilihan.  Prinsip-prinsip ini mempunyai keanehan yang mereka tidak perhatikan penampilannya dan sintetis dari intuisi empiris, tetapi hanya keberadaan mereka dan relasi mereka ke satu sama lain dengan pandangan untuk keberadaan mereka. Sekarang jalan dimana beberapa ditangkap dalam penampilan bisa ditentukan apriori jadi aturan dari sintetis ini pada waktu bersamaan menghasilkan ituisi ini apriori dalam setiap contoh empiris, bisa membawa bentuk dari yang terahir.  Keberadaan dari penampilan belum bisa diketahui apriori, dan bahkan jika kita bisa berhasil pada jalur ini dalam menyimpulkan untuk beberapa penampilan atau lainnya., kita masih tidak akan  bisa untuk  mengetahui ketentuannya, bisa mengantisipasi bahwa melalui intuisi yang empiris ini dibedakan dari yang lain. 

Dua prinsip dimana Kant menyebut  “the mathematical ones” dalam pertimbangan dari fakta yang mereka membenarkan perlakuan matematika untu penampian, tergolong untuk penampilan dengan pandangan untuk kepercayaan dan diajari bagaimana kedua intuisi mereka dan persepsi nyata mereka bisa dihasilkan dalam kesesuaian aturan dari sintetis matematik, karenanya bagaimana kedua masalah besaran numeric dan denganya ketentuan dari penampilan sebagai besaran, bisa digunakan.

Kant bisa mengkomposisikan dan menentukan apriori. Sehingga  kita bisa memangggil bentuk prinsip konstitusi. Hal –hal harus seluruhnya berbeda dengan prinsip konstitusi yang dibawa untuk keberadaan dari aturan apriori. Sejak keberadaannya tidak bisa dibangun , prinsip ini bisa memperhatikan hanya hubungang keberadaan, dan tidak bisa menghasilkan apapun tetapi hanya regulasi prinsip.  Untuk itu bukan aksioma atau intuisi untuk diajarkan untuk lebih tepatnya. Jika persepsi diberikan untuk kita dalam hubungan sementara ke yang lain. Itu tidak bisa dikatakan apriori yang mana dan bagaimana besarnya persepsi yang lain., tetapi hanya bagaiman ini perlu  dikombinasikan dengan yang pertama, sebagai awal keberadaannya dalam moda waktu. 

Dalam filosofi analogi menandakan beberapa perbedaan  dari apa yang mewakili matematika. Pada yang akan dating mereka di formulasikan bahwa penegasan identitas dari dua hubungan magnitude dan selalu konstitusif, jadi jika dua anggota dalil diberikan ketiganya juga diberikan , bisa menjadi kuantitatif tapi dari dua hubungan kualitatif, dimana dari tiga pemberian anggota saya bisa mengetahui dan memberikan apriori hanya hubungan untuk keempatnya  tapi tidak empat anggota sendiri-sendiri, walaupun saya mempunyai aturan untuk mencari nya dalam pengalaman  dan sebuah tanda untuk menemukannya disana.

Sebuah analogi pengalaman  akan  menjadi aturan  dalam  kesesuaian dengan kesatuan pengalaman untuk muncul dari persepsi dan sebagai sebuah prinsip ini tidak akan sah dari objek secara konstitusi tapi hanya regulasi. Hal ini akan sangat memegang postulat-postulat dari pemikiran empiris pada umumnya yang bersama memperhatikan sintesis dari intuisi, dari persepsi dan dari pengalaman, yaitu bahwa mereka hanya prinsip regulasi, dan merera berbeda dari prinsip matematika. Kita harus ingat tentang prinsip sintesis dan khususnya mencatatnya disini, bahwa analogi mempunyai signifikansi tunggal dan kesahan tidak sebagai prinsip dari transcendental menggunakan dari pengertian tapi hanya sebagai prinsip dari penggunaan empiris, karenanya mereka bisa membuktikan hanya sebagai konsekuensi penampilan harusnya tidak termasuk dibawah kategori tapi hanya dibawah skema. Jika objek ini untuk prinsip yang berhubungan dengan hal-hal sendiri, kemudian ini akan menjadi ketidakmungkinan untuk mengetahui apapun tentang sintesis apriori. Sekarang ini tidak ada apa apa tapi penampilan yang menyempurnakan kognisi, yang mana akhirnya semua prinsip apriori harus turun, juga mungkin pengalaman dan konsekuen,prinsip itu bisa tanpa tujuan tapi kondisi dari kesatuan kognisi empiris dalam sintetis dari penampilan, tapi kondisi ini dipikirksn hanya skema dari konsep murni   dari pemahaman dan kategori mengandung fungsi, tidak terbatas oleh kondisi masuk akal dari kesatuan mereka sebagai sintetik pada umumnya. Prinsip ini membenarkan penggabungan penampilan hanya dalam kesesuaian dengan analogi logika dan konsep kesatuan umum, dan bahkan dalam prinsipnya sendiri kita kakan membuat penggunaan katagori, tetapi dalam pelaksanaannya kita menyusun skema pada tempat sebagai kunci untuk menggunakannya, atau lebih tepatnya  menyusun bentuk terakhir bersama, sebagai pembatasan kondisi, dibawah formula.

Demikian pengalaman menurut Kant yang saya peroleh dari bukuna “The Critique of Pure Reason”. Jika ada kesalahpahaman dari saya saya mohon maaf sebesar-besarnya.